Di Temukan Fosil Ekor Dinosaurus Berbulu

url img

Sekitar 99 tahun lalu, ekor berbulu dinosaurus remaja tersangkut di resin pohon, jebakan kematian bagi makhluk-makhluk kecil. Namun kemalangannya sekarang memberi para ilmuwan wawasan unik pada dinosaurus berbulu yang makmur selama periode Cretaceous.

Para peneliti mengatakan pada Kamis, 8 Agustus 2016, bahwa di dalam bongkahan batu ambar, resin yang memfosil, yang tahun lalu ditemukan oleh ilmuwan Cina di sebuah pasar di Myitkyina, Myanmar, terdapat 1,4 inci atau 36 milimeter ekor dinosaurus, lengkap dengan tulang, daging, kulit, dan bulu. Panjang dinosaurus itu tidak lebih dari 6 inci (15 sentimeter), hampir seukuran burung gereja.
“Ini yang pertama dari jenisnya,” kata ahli paleontologi Ryan McKellar dari Museum Royal Saskatchewan di Kanada, salah satu peneliti yang terlibat dalam studi yang hasilnya siar dalam jurnal Current Biology.
“Saya terpesona.”
Para ilmuwan menduga ekor itu milik dinosaurus serupa burung berkaki dua yang disebut Maniraptoran, satu dari beberapa kelompok dinosaurus yang memiliki bulu. Burung, yang pertama muncul sekitar 150 juta tahun lalu selama periode Jurassic, ini berevolusi dari dinosaurus kecil berbulu.

Para peneliti menggunakan teknologi pemindai dan pengamatan mikroskopis canggih untuk mempelajari ekor itu. “Kami melihat bulu masih ada pada ekor, dan kami melihat bagaimana mereka menempel, bentuknya dalam skala mikrometer, dan hal-hal seperti pigmen pola pada bulu,” kata McKellar sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

Ekor dinosaurus itu tersusun atas delapan tulang belakang, jaringan lunak, dan bulu indah yang awet dalam tiga dimensi. McKellar mengatakan ekor yang tersangkut di dalam resin itu bisa menjadi “akhir permainan bagi binatang tertentu. “Mereka tidak menjatuhkan ekor seperti kadal,” ujarnya.

Anatomi ekornya memungkinkan para ilmuwan mengesampingkan bahwa itu milik seekor burung. Sebab, ekor itu panjang dan fleksibel serta kekurangan pigostil—susunan tulang belakang yang mendukung bulu ekor pada burung.
Temuan tersebut juga memberikan secercah cahaya pada evolusi bulu. Bulu yang terjebak di dalam ambar lebih primitif dibandingkan dengan bulu burung. Ambar telah lama menjadi anugerah bagi para ahli paleontologi.
Sejumlah makhluk ditemukan terkubur di dalam ambar, termasuk serangga, kadal, amfibi, mamalia, dan burung, demikian pula tumbuhan seperti bunga.

Fosil Berusia 255 Juta Tahun Terdapat Bekas Tumor

url img

Para ilmuwan yang meneliti tulang rahang binatang serupa mamalia bertaring tajam yang berkeliaran di Tanzania 255 juta tahun lalu menemukan kelangkaan luar biasa dalam fosil: satu tumor tertua yang diketahui.

Para peneliti University of Washington pada Kamis, 8 Desember 2016, menggambarkan tumor jinak yang terdiri atas struktur serupa miniatur gigi yang mereka temukan tertanam di sebelah akar gigi taring yang diperbesar saat mempelajari aspek tak terkait dengan rahang.

Binatang itu merupakan anggota kelompok karnivora berkaki empat yang disebut gorgonopsian, yang punya sifat gabungan serupa mamalia dan reptil.
Panjang hewan ini bisa sampai 10 kaki (tiga meter) dan muncul awal dalam evolusi garis keturunan yang mengarah ke mamalia. Tulang rahang berasal dari satu spesies gorgonopsian yang lebih kecil.

Gorgonopsian termasuk di antara predator puncak pada masa mereka, berkembang pada 270-252 juta tahun lalu ketika mereka tersapu selama masa kepunahan terburuk Bumi pada akhir Periode Permian. Kepunahan mereka terjadi sekitar 20 juta tahun sebelum dinosaurus pertama.
Ketika para peneliti memotong rahang bawah fosil dari Lembah Ruhuhu di Tanzania, mereka menemukan tumor gigi jinak yang disebut senyawa odontoma yang tumbuh di dalam gusi atau jaringan rahang lain yang lunak. Ketika orang kena tumor itu, operasi kadang dilakukan untuk mengangkatnya.
“Tidak ada indikasi bahwa ada tumor di rahang. Terlihat normal sebelum kami memotongnya. Murni keberuntungan kami menemukan tumor itu,” kata paleobiologis dari University of Washington, Megan Whitney.
Sampai sekarang, jenis tumor ini hanya diketahui terjadi pada mamalia, termasuk beberapa fosil Zaman Es puluhan ribu tahun lalu.

Temuan baru yang muncul diJournal of the American Medical Association Oncology itu menunjukkan tumor semacam itu ada pada moyang mamalia yang hidup puluhan juta tahun sebelum mamalia pertama muncul.
Tumor, ganas maupun jinak, biasanya melibatkan jaringan lunak, dan jarang menjadi fosil.
“Tumor kuno umumnya perlu mempengaruhi jaringan-jaringan keras seperti tulang dan gigi supaya awet dalam fosil,” kata paleobiologis dari University of Washington, Christian Sidor.
Tumor ini meliputi enamel keras dan dentin.

Beberapa fosil tumor lebih tua. Tumor pernah ditemukan pada fosil ikan berusia 300 juta tahun.
“Fosil memungkinkan kita memahami evolusi penyakit dalam waktu panjang dan berpotensi memberi kita petunjuk mengenai penyebab penyakit yang menyerang manusia,” kata Whitney sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.