Tidak sedikit yang mengecam pemecatan Claudio Ranieri sebagai manajer Leicester City. Ranieri sendiri mengaku dirinya juga tidak menyangka.
Pelatih asal Italia itu diberhentikan hanya sembilan bulan setelah membawa Leicester mengukir sejarah dengan menjuarai liga untuk pertama kalinya. Rumor yang berembus mengatakan ada peran sejumlah pemain senior Leicester dibalik keputusan itu, meskipun dibantah.
Setelah Jamie Vardy dkk. ditangani oleh suksesornya, Craigh Shakespeare, peruntungan Leicester mulai berubah. The Foxes menjauhi zona degradasi bahkan lolos ke perempatfinal Liga Champions.
Kendati demikian, besarnya jasa Ranieri di Leicester membuat sebagaian kalangan menilai bahwa pemecatan tersebut tidak pantas. Namun, Ranieri coba memahaminya.
“Memikirkan soal Leicester, hal pertama yang terlintas dalam benak saya adalah rasa kaget, bahkan lebih dari kepahitan,” aku Ranieri, sebagaimana dilansirthe GuardiandariLa Gazzetta dello Sport.
“Saya sudah menjalani banyak hal di dalam karier saya yang sangat panjang, tapi tidak pernah seperti ini. Itu adalah sebuah kekagetan, tapi pada akhirnya hal-hal semacam itu adalah bagian dari sepakbola.”
Sejak dicopot dari jabatannya, Ranieri enggan berkomentar lebih banyak. Namun, pelatih yang pernah menukangi Atletico Madrid, Juvenus, AS Roma, Inter Milan ini berjanji akan buka-bukaan saat menjadi komentator laga Premier League pada 10 April.
“Sampai hari itu saya tidak akan bicara. Karena semuanya terjadi di Inggris dan sepertinya cocok kalau dibicarakan di Inggris,” lugas Rnaieri.