Sebuah sejarah tercipta di dunia bedah. Para ahli bedah rongga dada (toraks) di Rumah Sakit Umum Toronto, University Health Network, Kanada, mengambil paru-paru seorang ibu yang sekarat. Wanita itu mampu bertahan hidup selama enam hari dan kini tengah menunggu transplantasi paru-paru baru.
Melissa Benoit, 32 tahun, dibawa ke rumah sakit itu pada April 2016. Ia mengalami kelainan paru bawaan, yang disebut dengan cystic fibrosis. Dalam tiga tahun terakhir, parunya terus terkena infeksi dan ia harus mengkonsumsi banyak antibiotik untuk mengatasinya. Tubuhnya pun kini resisten terhadap segala jenis antibiotik.
Saat dibawa ke rumah sakit, infeksi paru kembali menerpanya setelah ia terkena flu. Paru-parunya meradang dan mulai terisi darah, nanah, dan lendir, sehingga kekurangan pasokan udara. Ia sulit bernapas, mirip dengan orang yang tenggelam, sehingga harus memakai ventilator.
Dokter kemudian menemukan bahwa paru-parunya sudah mengalami kerusakan parah. Namun transplantasi juga tak bisa dilakukan karena tubuhnya terlalu lemah.
Setelah berdiskusi dengan keluarga pasien, tim dokter di rumah sakit itu memberi solusi yang tak pernah dilakukan sebelumnya. Mereka akan mengambil paru-paru pasien, menopangnya dengan alat pendukung kehidupan canggih, sambil menunggu kondisinya cukup memadai untuk dilakukan transplantasi paru-paru.
“Ini langkah berani dan sangat menantang, tapi Melissa sedang sekarat di depan mata kita,” kata Dr Shaf Keshavjee, ketua tim operasi. “Kami harus membuat keputusan karena Melissa akan mati malam itu. Melissa memberi kami keberanian untuk terus maju.”
Saat artikel ini ditulis, 27 Januari 2017, Melissa sudah enam hari hidup tanpa paru-paru di tubuhnya. Kondisinya terus membaik, termasuk tak lagi membutuhkan obat penurun tekanan darah. Dua alat sirkuit penopang hidup disambungkan ke hatinya melalui tabung yang ditempatkan di dada. Tim dokter masih menunggu donor paru yang tepat seraya menunggu kondisi Melissa cukup memadai untuk dilakukan transplantasi hati baru.