Perangkat ini adalah ponsel rahasia berteknologi tinggi yang dirancang untuk mengusir serangan, bahkan merusak diri sendiri jika dibajak.
Ponsel Boeing Black secara khusus dibuat untuk menangani informasi rahasia dan diklaim telah diberikan kepada Presiden Donald Trump. Namun nasib ponsel itu tidak diketahui dengan pasti.
Pada 1 November, Komandan US Cyber Command Mike Rogers dan Presiden Obama adalah dua orang pertama yang menerima ponsel Boeing Black. Demikian diklaim oleh Patrick Tucker dari Defense One.
Sebelum mengambil sumpah jabatan pada 20 Januari, Presiden Trump pada awalnya diyakini telah menyerahkan ponsel Android pribadinya.The New York Times melaporkan Presiden Trump menukar ponsel pribadinya dengan perangkat aman terenkripsi yang disetujui Secret Service dengan nomor baru.
Namun ceritanya kemudian berubah. Enam hari kemudian, The New York Times menerbitkan artikel lain dengan bukti bahwa Presiden masih menggunakan Samsung Galaxy miliknya. “Istri Trump, Melania, kembali ke New York pada Minggu malam dengan anak 10 tahun mereka, Barron, dan Trump ditemani televisi serta ponsel Android tuanya, dengan protes dari beberapa pembantunya,” demikian dilaporkan Maggie Haberman dari The Times.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa Presiden tidak menggunakan ponsel khususnya.
Ponsel Boeing Black merupakan hasil kerja sama antara Boeing dan Defense Information Systems Agency (DISA). Ponsel ini mengenkripsi panggilan dan dirancang khusus untuk instansi pemerintah dan mereka yang perlu menjaga keamanan komunikasi serta data. Ponsel ini menggunakan kartu SIM ganda yang memungkinkan untuk mengakses beberapa jaringan dan dapat dikonfigurasi untuk terhubung dengan sensor biometrik dan satelit.
Kepala Departemen Jaringan Informasi Pertahanan Letnan Jenderal Alan Lynn membenarkan Boeing Black bekerja dengan “sejumlah besar enkripsi”.
Banyak pengguna Android tahu bahwa ponsel mereka dapat dibajak setiap saat, yang membuat banyak pakar keamanan khawatir atas keputusan Trump untuk tetap menggunakannya.
“(Ponsel Android) ini adalah perangkat konsumen dan memiliki kerentanan keamanan,” ujar Bruce Schneier, teknolog keamanan internasional dalam sebuah unggahan di blog. “Dia berisiko dari semua orang, dari peretas tunggal hingga badan-badan intelijen dunia. Adapun risiko darie-mailpalsu benar-benar nyata (ia bisa dengan mudah menggerakkan pasar saham), risiko yang lebih besar adalah penyadapan.”